Program Rehabilitasi Spine: Solusi Atasi Skoliosis

Skoliosis masih belum akrab di telinga masyarakat Indonesia dan banyak yang belum mengenal skoliosis baik itu jenis kelainannya , penyebabnya hingga gejala-gejala yang menyertai.Apalagi mengetahui cara penanganan yang benar secara medis. Sebagian yang tahupun lebih memilih pengobatan secara tradisional bukan medis.

Skoliosis sebenarnya berasal dari kata ‘skolios’ yang berarti bengkok. Jadi skoliosis diartikan pembengkokan pada tulang belakang. Pembengkokan tulang belakang itu selalu bergerak ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan ini secara sepintas terlihat sangat sederhana.Namun, jika diamati lebih jauh sebenarnya terjadi perubahan yang cukup signifikan pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi.

Skoliosis dapat dijumpai dari derajat pembengkokan yang sangat ringan sampai pada derajat yang sangat berat. Dalam kasus ringan, misalnya pembengkokan dengan kurva tidak lebih dari 20 derajat , penderita biasanya tidak mengeluhkan apa-apa. Di Indonesia sendiri, seirngkali ditemukan penderita skoliosis dengan derajat pembengkokan lebih dari 100 derajat.

Penanganan Skoliosis

Penanganan skoliosis dapat dengan terapi konservatif/ non operatif maupun terapi operatif. Untuk penyandang skoliosis dibawah usia 19 tahun dengan pembengkokan dibawah 20 derajat dapat diatasi dengan terapi non operatif dengan program rehabilitasi spine yang berupa latihan-latihan secara khusus. Tujuan dari program latihan ini adalah agar progres skoliosis dapat dihentikan , membuat badan lebih seimbang, tampilan lebih baik serta kualitas hidup lebih baik.

Rehabilitasi spine untuk penanganan skoliosis meliputi antara lain latihan peregangan, penguatan otot serta perbaikan postur tubuh.Latihan ini harus dijalankan dengan teratur dibawah supervisi terapis dan menjadi home programe yang dilakukan terus menerus secara rutin dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari.

Terapi latihan dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan canggih seperti DBC (Documentation Based Care) dan guna mencapai hasil yang optimal terapi dilanjutkan dengan floor exercise .

Selain mengikuti program rehabilitasi spine, hal lain yang tak kalah pentingnya adalah melakukan pendekatan kognitif dan perilaku (behavior) dengan memberikan edukasi antara lain tentang pemahaman skoliosis , berbagai aktivitas dan sikap /postur tubuh yg dapat memperberat skoliosis serta program latihan yg wajib dilakukan secara rutin / teratur agar derajat pembengkokan tidak bertambah. Pendekatan kognitif dan behavior ini merupakan satu kesatuan dari program rehabilitasi spine dan diharapkan melalui pendekatan ini terapi penanganan skoliosis dapat memberikan hasil yang optimal.

Untuk skoliosis dengan kurva pembengkokan mencapai 20 derajat hingga 40 derajat maka penanganannya dengan rehabilitasi spine yang meliputi terapi latihan aktif serta pemakaian brace.Tujuan pemakaian brace adalah untuk koreksi dan atau menahan laju perburukan skoliosis.

Untuk pembengkokan dengan kurva lebih dari 40 derajat , perbaikan tidak mungkin dilakukan dengan terapi latihan /brace dan solusinya adalah dengan cara operasi.

 

DBC Treatments